Perempuan itu sedang berdiri menatap langit diatas landasan pesawat terbang. Sudah terlalu biasa untuk terduduk dan diam sambil memandang langit di tempat ini.
Fiuh…betapa semua selalu berubah menjadi apapun yang berbeda. Pikir perempuan itu. Kota, teman, keluarga, rumah, diri sendiri….bagaimana tidak, Awan pun berubah dengan sangat cepat hanya sekejap mata….
Angin bertiup perlahan. Menggoyang tangkai – tangkai ilalang dengan hati – hati. Perempuan itu sedang terbaring menatap langit diatasnya. Sebuah sepeda tua yang sedikit berkarat berdiri dibelakang. Sementara sebuah kamera Canon tua tergeletak di samping kepala perempuan itu.
Mata perempuan itu perlahan terpejam. Ia tertidur.
Matahari hanya terlihat mengintip dari balik awan putih.
.......
“ Diandra….kamu itu kalau bikin cerita aneh banget tahu gak… aku juga bisa bikin cerita seperti ini. Tinggal kamu buat cowok cewek pacaran. Salah satu mati…sudah selesai. Model seperti ini mau jadi penulis. Sampah banget..” cibir Gea sambil melemparkan kertas cerita pendek Diandra. Diandra hanya menunduk dan berusaha mengumpulkan semua kertas yang berserakan.
Gea yang masih berdiri melihat tindak tanduk teman sekelas yang pendiam itu memberi kode teman segengnya untuk beranjak dari sana. Gea hanyalah salah satu orang yang tidak suka kemajuan temannya. Tabiat kasar manusia Indonesia sesungguhnya.
Diandra merapikan tumpukan kertas itu dalam plastiknya. Wanita kecil itu hanya menghela nafas panjang. Kenapa mereka harus seperti itu ? Mereka punya semua hal….sementara aku hanya mendapatkan hal ini. Pikir Diandra dengan sangat sedih.
Perlahan dia berjalan diselasar kelas. Menghilang dibalik kerumunan orang menuju dalam ruangan perpustakaan.
Sebuah trauma yang sangat aku benci dengan sangat amat….. cetus pikiran Diandra begitu saja ketika angin berhembus kencang.
......
Matanya kembali nyalang menatap langit yang kini berubah menjadi putih. Tertutupi oleh arakan awan yang sangat indah. Sudah begitu lama dia berbaring dengan santai seperti itu. Hanya dengan alas karpet plastic dan bekal sebotol air mineral dingin, ia sudah berada disana selama 4 jam.
“ Adakah sebuah cinta yang kau miliki….beralih kepadaku ? “ bisik Diandra mengulang sebuah dialog dalam naskah drama yang dia buat.
Wanita itu terdiam sejenak sebelum bangkit untuk duduk. Sebelum airmata menetes dilututnya. Sebelum ia kembali merasakan kehancuran dalam hatinya. Keruntuhan benteng hatinya yang seharusnya sudah mampu dia bangun dengan kokoh meski compang – camping. Koyakan yang terjadi karena kesalahannya menjadi seorang yang sangat sabar dan terlalu mencintai. Yang telah salah jatuh cinta….kepada seseorang bernama Dino. Kesalahan yang selalu ia tahu…akan menjadi cinta seutuhnya bagi manusia itu.
Hai….apa kabar… bisik seseorang diantara angin ilalang.
Diandra tersenyum sebelum memejamkan matanya, hei…apa kabar juga….sudah lama kau tidak muncul disini…. Sudah sejak aku berumur 6 tahun ya….kau menghilang dengan begitu saja…
Sosok itu terkekeh geli. Gemerisik batang ilalang bergesekan ketika ia duduk di tanah yang hangat. Aku kangen denganmu….apalagi beberapa saat yang lalu kau memanggilku.
Diandra agak kaget. Kapan aku memanggilmu ?
Ketika kau sedang tertidur di depan komputermu yang terketik selembar dokumen….” Namanya Shandro “ Bukankah itu namaku ? jawab sosok itu dengan santai.
Hei…nama dalam cerita itu bukan berarti kamu….dasar gede rasa… sungut Diandra dengan muka sedikit bertekut.
Sosok itu tertawa sebentar. Kemudian berdua mereka mengheningkan cipta sambil menatap wajah langit yang semakin cerah. Sebuah kedamaian yang sejak Shandro menghilang dahulu Diandra tak dapatkan lagi.
Dee….kamu sedang sakit…. Shandro berbicara dengan lirih.
Ya..aku tahu.
Tidak…kamu tidak tahu….sebab kamu mencoba membohongi dirimu sendiri. Kau sakit jiwa Diandra….lebih sakit dibandingkan dengan ketika terakhir kali kita bertemu. Bentak Shandro agak meradang.
Diandra hanya terdiam dan tersenyum.
Kamu sakit….lihat…jiwamu sakit…jiwamu merintih…dia ingin kamu bebaskan hatinya. Ingin kamu tegaskan bahwa kamu mencintai….dirinya!! Manusia brengsek itu….. Shandro mulai meradang lagi.
Dia cintaku….selama apapun akan aku tunggu. Jikalau dia memutuskan akan memilih dirinya….aku tetap mencintai dan selalu menunggunya…begitupun jika dia memintaku menerimanya kembali…. Aku akan selalu menerimanya dengan penuh cinta. Diandra tersenyum dalam lelehan airmatanya.
Kamu bodoh……tetap sama seperti dulu. Aaaahhhh…… bentak Shandro sambil melempar kerikil yang dari tadi dia permainkan ditangannya.
Diandra masih terguguk dalam tangisnya. Shandro berdiri membelakanginya. Bahu sosok itu turun dari gunung emosinya. Dia berbalik menatap Diandra dengan kedua tangan disaku celana.
Kesabaranmu….kepercayaanmu….serta kebodohanmu untuk memberikan cinta sepenuh hati…… hehehe, jika itu tidak kamu lakukan…itu bukanlah kamu….. tegur Shandro kini tersenyum sambil menyusuti lelehan airmata Diandra.
Diandra menjadi tersenyum dalam tangisnya yang mulai mereda. Dia memandang Shandro dengan matanya yang mulai jenaka.
Jika kamu tidak seperti itu….aku pastilah tidak akan mengenali dirimu….hem, betul bukan….. Dan Shandro terkena hantaman bogem mentah Diandra.
Tertawa mereka berdua membaringkan diri di atas karpet plastic Diandra. Awan kembali berarak dalam langit yang masih biru dan tenang. Sekejap mereka berdua tertidur dalam hening angin.
.......
Jadi….apa yang akan kamu lakukan ? Tanya Shandro tiba – tiba saja. Membuat Diandra membuka matanya yang terpejam.
Entah….mungkin aku akan mencoba memberikannya waktu. 2 tahun. Hingga saat itu tiba….aku tetap selalu menunggunya….tetap menjadi pacarnya, kekasihnya….bersabar dengan keadaan yang sekarang ini. Diandra menghela nafas setelah berbicara dengan nada yang sangat sabar.
Shandro menatap wajahnya lekat – lekat. Kamu semakin sabar…. Semakin menjadi manusia biasa yang begitu rapuh.
Hei…mungkin ini memang yang terbaik bagi diriku. Lagipula aku masih harus membuat Mama bangga….siapa tahu jika dia memutuskan untuk meninggalkan aku, aku bisa berpegang bahwa aku ternyata juga punya kebanggaan terhadap diriku sendiri…. Tutur Diandra dengan sangat pelan sambil matanya menatap helicopter yang tinggal landas dan terbang diatas mereka berdua.
Tapi jalanmu masih panjang….
Dro….aku mencintainya…tapi aku harus tahu bahwa aku mendapatkan yang terbaik dari hatinya. Maka aku akan sabar menunggunya….entah sampai kapan. Hatiku terbawa olehnya. Diandra kembali memejamkan matanya.
Apa kamu tidak memikirkan perasaan wanita itu ? Tanya Shandro lagi.
Aku memikirkannya…maka aku mencoba untuk tidak mendesak Dino untuk memilih antara aku atau dia. Aku lebih baik menunggu dalam hening. Menunggu dalam cintaku….
Shandro hanya menggelengkan kepalanya. Seakan tak mempercayai jawaban Diandra yang begitu lirih namun tegas.
Yah…aku akan coba untuk berfokus pada kuliah dan tetap menjalani kehidupanku dengannya secara biasa. Seperti pertama kali kami bertemu. Aku ingin mendekatkan diri padanya dan membuat bangga Mama. Diandra berbaring lagi.
Dee….. Shandro memanggilnya dengan nama kesayangannya yang sudah begitu lama tidak dia dengar…. Semoga kamu dapatkan yang terbaik untuk dirimu dan hidupmu. Disamping itu semua….ingatlah kamu masih punya aku….Rino, Anggra, Chris….dan semua temanmu dan keluargamu…
Diandra mengangguk seperti batang ilalang yang tersentuh lambaian angin. Lemah namun kuat. Shandro tak pernah habis mengerti kenapa seorang wanita seperti ini harus mendapatkan perlakuan dunia yang sangat menyakitkan…..
Diandra….cintanya….kesabarannya….kenaifan yang selalu ada diwajahnya….supelnya yang begitu cerah…. Shandro mengenal semua sifat Diandra dengan sangat jelas. Namun kini Shandro tahu Diandra banyak berubah. Diandra lebih sabar…lebih mudah untuk menerima semua. Kehidupan yang harus dibayar mahal oleh kesakitan hati yang terus menjerit diperlakukan seperti itu.
Shandro… Diandra memanggilnya sambil menatap sosok Shandro yang duduk bersidekap lutut. Shandro menatapnya sambil mengirimkan sebuah tatapan heran.
Ada apa ?
Terima kasih….sudah mau datang dan mengatakan bahwa aku ternyata memerlukan kamu…. Kamu adalah teman terbaikku. Diandra berbicara dengan pandangan yang sangat lembut.
Terima kasih….sekali lagi terima kasih…. Bisik Diandra sambil bangkit dan berbalik menuju sepeda dan canonnya. Ia mengayuh sepedanya menghilang dari Shandro yang masih tetap termenung.
Jangan….Aku mohon jangan. Maafkan aku, Tuhan….aku tak mampu mencegahnya…..
Diandra menatap pigura yang memperlihatkan fotonya dan Dino yang tersenyum mesra. Perlahan dia mengelus gambar bibir yang selalu dikecupnya setiap kali bertemu dengan penuh kangen dan cinta.
Wanita itu tersenyum dengan sangat lembut sebelum membisikan sebuah mantera cinta dari angin padang ilalang. “ Aku mencintaimu….seutuhnya. Menunggumu selama kau mau. Selalu mencintaimu….”
“ Dan maukah kau, angin….kutitipkan sebuah nyawa yang begitu menderita karena cinta ? Malam ini aku mencintainya….esok….lusa….setahun…2 tahun…hingga saatnya kelak aku dipanggil oleh Yang Kuasa. Aku mencintainya…..selalu seutuhnya, dengan kesabaran yang begitu dalam. “ Diandra kembali mengutip dialog dalam salah satu naskah dramanya yang belum lagi selesai.
Pelan ia membawa pigura foto itu dalam dekapannya. Membawanya dalam pembaringan. Mendekapnya dengan begitu mesra. “ Dino, aku mencintaimu…..” Dan mata Diandra terpejam.
Pagi hari…..
Diandra meninggal dengan senyuman dan foto yang terdekap di dadanya. Serangan jantung. Diantara tumpukan naskahnya…diantara berjuta cerpennya yang belum selesai….diantara cintanya yang sabar dan dalam untuk sang kekasih.
Shandro…..menatap wajah Diandra dengan pilu. Menatapnya sebelum menghilang dalam negeri antah berantah. Tempat ia menunggu seperti dulu. Hingga saatnya seorang anak perempuan mungil dan memintanya menjadi temannya yang tak terlihat.
Diandra….cintamu akan aku ceritakan pada mereka dan dunia… cintamu yang tanpa batas….dan kesabaran yang begitu dalam. Tersenyumlah selalu…. Aku menyayangimu, Putriku.
Awan masih berarak dengan tenang dalam langit yang biru. Sementara di padang ilalang angin berhembus kencang. Membawa bisikan – bisikan lirih yang tak mudah tercerna.
“ Aku mencintaimu…ssshshshssss……...selalu seutuhnya…aku mencintaimu dengan……..ssshshshhsss……..segala kesabaranku…aku mencintaimu….selalu seutuhnya….sshsss….”
Dan awan kini berubah mendung.
Dalam cinta dan kesabaran
Aku tetap menunggumu…..
Juli 2012
No comments:
Post a Comment